Jangan Menghina Orang yang Berbuat Maksiat!
Oase.id - Menghina atau merendahkan orang lain, termasuk mereka yang berbuat maksiat, merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Sebagai agama yang mengajarkan kasih sayang, Islam memerintahkan umatnya untuk bersikap bijak dan penuh hikmah dalam menghadapi orang yang melakukan dosa. Dalam artikel ini, kita akan membahas dalil-dalil yang melarang penghinaan terhadap pelaku maksiat serta nasihat dari para ulama dan ustaz mengenai cara terbaik menyikapi mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Barang siapa mencela saudaranya karena dosa, maka dia tidak akan mati sebelum melakukan dosa yang sama."(HR. Tirmidzi, no. 2505)
Hadis ini mengingatkan bahwa mencela atau merendahkan orang lain karena kesalahannya dapat membawa kehinaan bagi diri sendiri. Allah subhanahu wa ta'ala bisa saja menguji orang yang mencela dengan dosa serupa.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik daripada mereka yang mengolok-olok."(QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini menegaskan larangan menghina atau merendahkan orang lain, termasuk mereka yang melakukan kesalahan, karena hanya Allah yang mengetahui kedudukan seseorang di sisi-Nya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau yang dizalimi." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana kami menolong orang yang berbuat zalim?" Rasulullah menjawab, "Cegahlah dia dari perbuatan zalimnya, itulah cara menolongnya."(HR. Bukhari, no. 2444)
Hadis ini menunjukkan bahwa tugas seorang Muslim adalah menasihati dan mendoakan pelaku maksiat agar kembali kepada jalan yang benar, bukan mencela atau menghina mereka.
Hikmah Larangan Menghina Pelaku Maksiat
Para ulama menjelaskan beberapa hikmah di balik larangan menghina pelaku maksiat, antara lain:
Menghina orang lain karena dosa atau kesalahan mereka dapat menimbulkan kesombongan dalam hati. Padahal, kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi."(HR. Muslim, no. 91)
Menghina pelaku maksiat justru dapat membuat mereka semakin jauh dari kebaikan. Sebaliknya, nasihat yang diberikan dengan kasih sayang lebih efektif dalam mengajak mereka untuk bertaubat.
Islam mengajarkan untuk menjaga persaudaraan dan menghindari sikap saling merendahkan. Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu."(QS. Al-Hujurat: 10)
Setiap manusia adalah pendosa, dan tidak ada yang luput dari kesalahan. Dengan menyadari hal ini, seorang Muslim akan lebih berhati-hati dalam bersikap terhadap sesama dan lebih sering memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Menghindari Balasan Allah subhanahu wa ta'ala
Orang yang menghina pelaku maksiat berpotensi mendapat balasan yang sama dari Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam hadis disebutkan bahwa mencela dosa orang lain dapat membuatnya jatuh dalam dosa serupa.
Ibn Qayyim dalam kitabnya Madarij As-Salikin menyebutkan bahwa tugas seorang Muslim adalah mendoakan dan menasihati pelaku maksiat, bukan menghina atau merendahkan mereka. Ia berkata:
"Seorang hamba yang beriman adalah cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat cacat pada saudaranya, ia menutupinya dan menasihatinya dengan cara yang baik."
Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar menulis bahwa seorang Muslim harus selalu bersikap lemah lembut dalam menasihati. Ia berkata: "Kelembutan adalah senjata utama dalam dakwah. Tidak ada hati yang tidak tersentuh oleh kasih sayang."
Menghina atau merendahkan pelaku maksiat adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Sebaliknya, tugas seorang Muslim adalah menasihati dengan kasih sayang, mendoakan kebaikan, dan membantu mereka untuk kembali kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
(ACF)