Seluruh Napas Islam Adalah Cinta

Sobih AW Adnan - Event Islami 04/09/2020
Photo by Oase.id
Photo by Oase.id

Oase.id- Sebagai agama dakwah, Islam memenangi persebarannya dengan cukup singkat dan massif di bumi Nusantara. Islam, menjadi agama mayoritas yang pada akhirnya turut mewarnai, bahkan menentukan potret keberagaman di Indonesia.

Banyak ahli sejarah bilang, penyebaran Islam di Indonesia relatif berbeda dengan beberapa titik syiar lainnya. Melalui jalur perdagangan, para pembawa syariat Islam mampu berbaur dan berkompromi dengan kekayaan budaya di dalamnya.

Hal inilah, yang kemudian membentuk wajah Islam Indonesia yang toleran, ramah budaya, dan antidiskriminasi.

Akan tetapi, secara asal, Islam sebenarnya sudah terformat sebagai ajaran yang menanamkan kelembutan, bahkan cinta kepada para penganutnya.

Demikian disampaikan dai milenial Habib Husein Ja'far Al Hadar. Menurut pemilik akun YouTube Jeda Nulis ini, nyaris keseluruhan ruh Islam melambangkan amanat cinta.

"Dalam Islam, Tuhannya adalah Allah Yang Maha Cinta (Rahman, Rahim), nabinya yakni Nabi Muhammad bergelar Nabi Ar-Rahmah (nabi penuh cinta). Maka, kata Sayyidina Ja’far, cicit Nabi, apalagi Islam kalau bukan cinta? Seluruhnya cinta," kata Husein, Jumat, 4 September 2020.

Oleh karena itu, kata dia,  Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi penuh cinta.

"Sebaik-baiknya umatku, kata Nabi, yang berlaku baik San memberi manfaat pada sesama juga semesta, meski sekadar dengan senyum, itu bernilai ibadah. Dalam konteks hubungan sesama manusia, Islam mewajibkan umatnya memandang siapapun sebagai saudara," terang dia.

Faktanya, beberapa peristiwa, terutama belakangan, Islam kerap kali ditunjukkan dengan wajah yang bertolak-belakang dengan prinsip kelembutan. Menurut Habib Husein, hal ini lebih bertumpu pada pelaku secara personal, bukan pada institusi Islam itu sendiri.

Bahkan, jika perlu, siapa-siapa yang cenderung menampilkan Islam dengan kesan diskriminatif, mesti disanksi.

"Mengakui dengan jujur dan melakukan pembenahan ke dalam. Dakwah utama dalam Islam adalah ke dalam, baru ke luar. Kalau perlu menghukum, dihukum. Sebagaimana kata Nabi, kalau putriku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan menghukumnya. Adapun ke pihak luar, meminta maaf dan menjelaskan bahwa itu justru bertentangan dengan ajaran Islam," terang Habib Husein.

Prinsip cinta dalam Islam tersebut, malah sangat ditonjolkan Nabi Muhammad Saw sejak masa awal dakwah. 

 

"Ketika ke Thaif, Nabi Muhammad dicaci, beliau membalas dengan senyum. Lalu dilempar batu, Beliau balas dengan mendoakan pelemparnya diampuni dan mendapat hidayah. Secara umum orang Thaif membenci Nabi, tapi beliau balas dengan cinta. Padahal, saat itu, Allah perintahkan Malaikat Jibril untuk menawarkan ke Nabi jika berkenan semua orang Thaif akan dibinasakan dengan ditindih gunung," jelas dia.

Dalil-dalil yang sering diungkapkan para pendakwah Islam dengan kesan intoleran, biasanya, adalah Islam merupakan agama yang tegas. Terlalu toleran, khawatir menggugurkan konsep tersebut.

Menurut Habib Husein, hal itu justru relatif keliru. Karena ketegasan dan toleransi adalah dua hal yang berbeda.

"Tegas itu dalam menentukan mana yang benar dan salah. Tak ada kompromi. Islam itu tegas. Tapi tidak keras. Lembut itulah toleransi. Yang salah dikatakan salah, tapi diperlakukan lembut agar sikap kita justru mengubahkan bukan malah bikin dia semakin jauh dari kebaikan," kata dia.

Alhasil, Islam memang agama cinta. Tertarik dengan penjelasan lebih lanjut? Mari simak obrolan lengkap Oase.id bersama Habib Husein Ja'far Al Hadar melalui akun @oaseid_official, Jumat, 4 September 2020, pukul 14.00 Wib.


(SBH)
TAGs:
Posted by Sobih AW Adnan