Hasil Penerjemahan Al-Quran ke Dalam Bahasa Gayo Telah Diterima Kemenag
Oase.id - Kerja tim penerjemah Al-Qur'an dalam Bahasa Gayo sudah selesai. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Takengon Zulkarnain pun dapat menyerahkan hasilnya kepada Kepala Balitbang-Diklat Kemenag Amin Suyitno di kantornya, Jakarta, Senin (6/12).
"Alhamdulillah kami telah menyelesaikan kegiatan penerjemahan ini pada akhir tahun 2022, dan hari ini kami sudah bawa dokumen naskahnya untuk diserahkan kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat,” ujar Zulkarnain.
Hasil penerjemahan ini telah diserahkan ke Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO), Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Dalam penyerahan itu, hadir juga, anggota Tim Penerjemah bersama perwakilan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah.
Kepala Puslitbang LKKMO, Prof. M. Arskal Salim GP, yang mendampingi proses ini mengatakan bahwa penerjemahan ini dilakukan dengan sangat serius. Sebab itu ia berharap nantinya hasil dari proses penerjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Gayo ini benar-benar memiliki kualitas yang sangat baik.
"Untuk itu kami tidak hanya bekerjasama dengan Instansi pemerintahan saja, tetapi juga melibatkan unsur masyarakat, tokoh adat, ahli bahasa, ahli mufassir, dan tokoh daerah lainnya dalam memaksimalkan proses penerjemahan ini,” ungkap Kepala Puslitbang LKKMO, Prof. M. Arskal Salim GP, seperti dikutip dari laman Kemenag, Selasa (6/12).
Hadir juga dalam pertemuan ini, Tenaga Ahli Menteri Agama, Gus Syalthout Mahmud mengapresiasi penerjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Gayo. Hal itu menurutnya merupakan khazanah kearifan lokal yang harus dilesatrikan terutama terkait bahasa lokal, sekaligus sebagai upaya membumikan Al-Qur’an.
“Saya sangat mengapresiasi Puslitbang LKKMO, IAIN Takengon dan juga semua tim yang terlibat dalam proyek luar biasa ini. Ini merupakan sebuah proses pelestarian khazanah kearifan lokal yang memang harus dilakukan. Ke depan, Al-Qur’an Terjemah Bahasa Gayo ini perlu disimpan di kampus-kampus luar negeri yang ada kajian islamic studies nya dan di Masjidil Haram, juga Masjid Nabawi,” ujarnya.
(ACF)