Apa Hubungannya Perayaan Ulang Tahun dan Tasyabuh?
Oase.id - Perayaan ulang tahun merupakan tradisi yang lazim di berbagai budaya dan masyarakat. Biasanya, ulang tahun dirayakan dengan pesta, pemberian hadiah, dan doa harapan. Namun, dalam pandangan Islam, tradisi ini kerap menjadi bahan diskusi. Sebagian ulama menganggapnya sebagai bentuk tasyabuh (meniru kebiasaan orang non-Muslim) jika praktik tersebut tidak memiliki dasar dalam syariat. Islam memberikan panduan untuk membedakan diri dalam ibadah, akhlak, dan budaya agar umat Muslim tidak kehilangan identitas yang telah ditentukan oleh syariat.
Pengertian Tasyabuh dalam Islam
Tasyabuh secara bahasa berarti menyerupai atau meniru. Dalam istilah syar'i, tasyabuh adalah meniru kebiasaan, tradisi, atau gaya hidup yang bertentangan dengan ajaran Islam, khususnya kebiasaan orang-orang non-Muslim. Rasulullah ﷺ memberikan peringatan tegas tentang bahaya tasyabuh, karena hal ini dapat merusak keimanan seseorang secara perlahan dengan mengaburkan batas antara identitas Muslim dan non-Muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."
(HR. Abu Dawud, no. 4031, dinilai hasan shahih oleh al-Albani)
Hadis ini mengingatkan umat Islam untuk berhati-hati dalam mengadopsi tradisi atau budaya yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.
Dalil Al-Qur'an tentang Larangan Tasyabuh
Allah ﷻ berfirman:
"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."(QS. Al-Jatsiyah: 18)
Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam memiliki syariat yang unik dan harus menjauhi tradisi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Meniru tradisi atau gaya hidup yang berasal dari ajaran yang tidak diridhai Allah bisa menyebabkan penyimpangan dari jalan yang lurus.
Perspektif Ulama tentang Perayaan Ulang Tahun
Sebagian ulama memandang perayaan ulang tahun sebagai bagian dari tasyabuh karena tradisi ini awalnya berasal dari kebiasaan non-Muslim, seperti bangsa Yunani atau Romawi kuno, yang merayakan kelahiran sebagai bagian dari ritual penyembahan dewa. Namun, ada pula ulama yang tidak melarang perayaan ulang tahun selama tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, seperti pemborosan, kemaksiatan, atau penyimpangan akidah. Dalam hal ini, niat dan cara pelaksanaan perayaan menjadi sangat penting.
Menghindari Tasyabuh
Islam tidak melarang seseorang untuk bergembira, bersyukur, atau merenungi umur yang bertambah, namun umat Muslim dianjurkan untuk melakukannya dengan cara yang sesuai syariat. Daripada mengadopsi kebiasaan non-Muslim, umat Islam diajarkan untuk memperbanyak syukur kepada Allah ﷻ melalui amal kebaikan, seperti bersedekah, memperbanyak zikir, atau merenungi makna hidup dan persiapan menuju akhirat.
Tasyabuh merupakan fenomena yang perlu diwaspadai oleh setiap Muslim agar tidak kehilangan identitas keislamannya. Dalam konteks perayaan ulang tahun, umat Islam sebaiknya menjadikannya sebagai momen untuk memperkuat hubungan dengan Allah ﷻ dan meningkatkan kebaikan, daripada meniru tradisi yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Dengan menjauhi tasyabuh, kita menjaga kemurnian syariat dan memperkokoh jati diri sebagai seorang Muslim.
(ACF)