Kisah Perjalananan Rasulullah & Malaikat yang Menemani Isra Mi'raj
Oase.id - Suatu ketika, saat malam tiba menjadi saksi akan kemuliaan seorang manusia. Saat itu, bertepatan tanggal 27 Rajab Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam (SAW) beristirahat. Tidur menyamping di samping Hijir Ismail, dekat Baitullah.
Di samping kanan dan kiri beliau ditemani dua orang pemuda bernama Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ja’far bin Abi Tholib. Tiba-tiba di tempat tersebut, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril dan Mikail. Selain kedua malaikat itu ada malaikat yaitu Malaikat Isrofil. Lalu, ketiga malaikat itu membawa Nabi Muhammad ke sumur Zam-Zam. Lantas Nabi ditelentangkan di sana. Adapun yang menjad penunggunya adalah Malaikat Jibril.
Sebuah riwayat lain menjelaskan, bahwa tiba-tiba atap rumah Nabi tersingkap. Masuklah Malikat Jibril. Setelah itu, Jibril membedah dada Nabi Muhammad. Dimulai dari bawah leher hingga sampai di bawah perut.
Lalu, Malaikat Jibril berucap kepada Malaikat Mikail: “Ambillah bokor emas yang berisikan air Zam-Zam. Saya hendak menyucikan hati dan batinnya (manah) Nabiullah Muhammad SAW.” Setelah itu, Malikat Jibril mengeluarkan hati Nabi Muhammad sampai tiga kali. Dan membuang semua kotoran yang terdapat di dalam batin Nabi.
Malaikat Mikail mondar-mandir sambil membawa tiga bokor emas yang di dalamnya berisikan air Zam-Zam. Setelah melakukan semua hal itu, kemudian membawa bokor emas yang isinya penuh dengan hikmah dan iman. Emas tersebut ditumpahkan ke dalam hatinya Nabi hingga batin beliau diisi penuh dengan sifat sabar, alim, yakin, dan Islam.
Lantas, kedua malaikat tersebut mengembalikan Nabi seperti sediakala dan diberi gelar kenabian oleh kedua malaikat tersebut. Selanjutnya Nabi Muhammad disediakan kendaraan burak, lengkap dengan pelana dan kendalinya.
Burak tersebut berjingkrak-jingkrak memperlihatkan kekuatan yang dimilikinya. Lantas, Jibril meletakkan kedua tangannya tepat di kepala burak. Ia berkata: “Tidakkah kamu malu, wahai Buraq? Demi Allah! orang yang hendak menaikimu ini adalah orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT.”
Burak tersebut tersipu malu hingga keringatnya bercucuran dan merasa tenang. Hingga Nabi naik di atas punggungnya. Burak tersebut sebenarnya sudah pernah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad.
Sa’id bin Musayyap menjelaskan, bahwa burak itu merupakan kendaraan Nabi Ibrahim yang biasa dinaiki untuk bepergian ke Baitul Haram (Mekah).
Selanjutnya Nabi Muhammad berangkat dengan didampingi Malaikat Jibril di sebelah kanan dan Malaikat Mikail di sebelah kiri. Ibnu Sa’id mengatakan, bahwa Malaikat Jibril memegang tempat duduknya dan Malaikat Mikail memegang tali kendalinya.
(ACF)