Tempat Berbuka Puasa Ramadan Liga Muslim Dunia bagi Masyarakat di London

Oase.id - Terletak di sudut Goodge Street dan Charlotte Street di London, Muslim World League telah menyediakan tempat berlindung bagi masyarakat dan menjembatani kesenjangan antar agama selama lebih dari empat dekade.
Liga ini beroperasi di gedung berlantai lima dengan masjid, kantor, dan ruang komunitas. Tempat ini menyelenggarakan buka puasa selama bulan Ramadan dan menyediakan makanan hangat untuk hampir 230 orang setiap hari.
Secara historis, Goodge Street merupakan kawasan perbelanjaan di London, baik sebelum maupun sesudah dihancurkan oleh serangan udara Nazi dalam Perang Dunia II. Goodge Street tetap ramai dengan kafe, butik, dan restoran.
Minggu ini, para pekerja dari daerah tersebut berkumpul di masjid MWL untuk salat Maghrib, menandai berakhirnya hari puasa. Anda dapat mengetahui siapa yang bekerja di mana dari merek perusahaan pada pakaian mereka atau mereka yang bekerja di dapur, karena bau sabun cuci piring tidak dapat diabaikan.
Liga tersebut menyelenggarakan acara “Berbuka Puasa Bersama Tetangga Anda” pada Selasa malam yang berfokus pada para pencari suaka di Borough of Camden, yang telah ditetapkan sebagai “Borough of Sanctuary” karena upayanya dalam menangani pengungsi Ukraina dan Afghanistan sejak 2021.
Acara buka puasa bertema lain yang diselenggarakan oleh MWL pada bulan Ramadan mencakup acara dialog antaragama dan penyambutan jamaah baru.
Mohammad Zarzour, seorang imam yang memimpin khotbah Jumat di masjid liga tersebut, mengatakan kepada Arab News bahwa para pencari suaka merasakan keterasingan yang mendalam saat mereka meninggalkan negara asal mereka.
Zarzour berasal dari Suriah, negara yang penduduknya telah mengalami perang saudara brutal yang menyebabkan jutaan orang mengungsi di seluruh Eropa dan negara-negara Arab serta baru saja bangkit dari kediktatoran Assad selama beberapa dekade.
Baginya, buka puasa bukan sekadar menyediakan makanan dan minuman bagi para pencari suaka. Kepentingannya terletak pada menunjukkan empati, kasih sayang, serta rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Para pengungsi menghadapi banyak kesulitan, katanya, beberapa di antaranya mungkin terdengar sepele, seperti menjelaskan rasa sakit mereka kepada dokter atau mengurus surat dan aplikasi dari pejabat.
“Belajar bahasa baru bukanlah hal mudah bagi seseorang yang memiliki keluarga dan anak-anak yang berada di negara asing yang tidak biasa mereka tinggali. Menyeimbangkan pekerjaan, belajar, dan mengasuh anak-anak mereka bisa jadi cukup menantang,” kata Zarzour.(arabnews)
(ACF)