Oase.id - Selama bulan suci, wilayah Perbatasan Utara dimeriahkan dengan salah satu tradisi istimewanya: api unggun Ramadan. 

Pertemuan Ramadan ini memiliki tempat khusus di masyarakat, yang mempererat hubungan keluarga dan tetangga. Mereka menyediakan ruang untuk bertukar cerita dan pengalaman tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan, demikian dilaporkan Saudi Press Agency baru-baru ini.

Dalam wawancara dengan SPA, penduduk lokal Marawi Al-Sudairi menjelaskan bahwa api merupakan simbol kemurahan hati dan kebersamaan, serta merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya daerah tersebut.

Karim Al-Dhaidi, warga setempat lainnya, mengatakan pertemuan tersebut terbuka untuk semua orang, dan bertujuan untuk mempererat hubungan sosial. Pertemuan tersebut juga menghubungkan orang-orang dengan masa lalu mereka, katanya.

Jazaa Marji, ketua dewan Asosiasi Pensiunan di wilayah Perbatasan Utara, mengatakan api Ramadan selalu menjadi bagian dari warisan lokal.

“Kami tumbuh bersama api tersebut, dan api tersebut menyatukan generasi, memberikan kesempatan untuk mengenang kenangan dan berbagi pengalaman dengan kaum muda,” katanya.

“Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menghidupkan kembali tradisi tersebut, karena tradisi tersebut mencerminkan semangat cinta, komunikasi, dan penguatan nilai-nilai sosial antargenerasi.”

Bahkan hingga saat ini, api Ramadan tetap menjadi tradisi di banyak rumah di wilayah Perbatasan Utara. Warga sangat ingin menghidupkannya kembali pada malam-malam Ramadan.

(ACF)