Bagaimana Cara Mengatasi Hasad?

N Zaid - Hasad 01/04/2024
Foto: Pixabay
Foto: Pixabay

Oase.id - "Iri bilang bos". Ungkapan itu biasa kita dengar sehari-hari sebagai candaan atau justru sindiran kepada orang yang dianggap tidak suka melihat orang lain mendapatkan kenikmatan atau hal baik. 

Dalam Islam iri diistilahkan serupa dengan hasad. Mengapa keadaan hasad itu muncul? Sebelum menjawab pertanyaan itu ada baiknya disimak dulu mengenai rinician definisi hasad itu sendiri.

Seperti ditulis Ustaz  Muhammad Abduh Tuasikal dalam sebuah artikel di Rumaysho.com, menurutnya ada dua pengertian hasad. Ada pengertian versi jumhur sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi,

“Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain.” (At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720)

Ada juga pengertian hasad sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah,

“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).

Hasad adalah sifat jelek yang harus dibuang dalam hati setiap Muslim.  Hasad sendiri disebabkan karena kurang berimannya kita kepada takdir Allah dan tidak setuju pada pembagian karunia Allah. 

"Ada juga sebabnya karena cinta dunia, takut disaingi, takut diejek oleh orang lain, dan lemahnya iman," kata Ustaz Abduh Tuasikal. 

Bila ada dorongan hasad terhadap orang lain, sebaiknya perasaan itu dibuang jauh-jauh. Untuk mengatasi hasad kita terhadap nikmat orang maka perlunya seorang Muslim mengatahui bahwa hasad itu sendiri berdampak jelek pada diri sendiri di dunia dan akhirat. Pengetahuan ini datang dengan mempelajari ilmu dan tentu akan diaplikasikan dan diresapi dengan keimanan.

Di antara dampak jelek dari hasad adalah:

Orang yang hasad berarti menentang takdir Allah.
Orang yang hasad itu mirip dengan orang musyrik. Orang musyrik itu bersedih kala ada yang memperoleh kebaikan. Akan tetapi jika memperoleh bencana, malah bergembira.
Orang yang hasad itu menjadi bala tentara setan.
Orang yang hasad itu memecah bela kaum muslimin.
Kebaikan orang yang hasad akan hilang.
Orang yang hasad akan terus berada dalam keadaan sedih.
Orang yang hasad itu sebenarnya menginginkan sendiri pada dirinya bencana.
Orang yang hasad menyebabkan turunnya musibah karena setiap musibah itu disebabkan karena dosa.
Orang yang hasad tidak disukai manusia.

Dampak buruk hasad di dunia maupun di akhirat.
Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah berkata, “Ketahuilah bahwa orang yang didengki (dihasadi) akan mendapatkan kebaikan dari orang yang hasad. Kebaikan dari orang yang hasad akan diambil dan akan diberi pada orang yang dihasadi. Apalagi sampai ada ghibah dan menjelekkan.” (Fiqh Al-Hasad, hlm. 47)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Barangsiapa yang berbuat zalim pada saudaranya, maka hendaknya dia meminta kehalalan padanya, karena kelak di akhirat tiada lagi dinar maupun dirham sebelum kebaikannya diambil untuk saudaranya (yang dia zalimi). Bila tidak memiliki kebaikan maka kejelekan saudaranya (yang dia zalimi) akan diberikan padanya.” (HR. Bukhari, no. 6534)

Di antara cara mengatasi hasad adalah selalu bersyukur dengan yang sedikit.

Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4: 278. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 667) 

Kemudian, hasad bisa ditepis dengan cara selalu memandang orang yang di bawahnya dalam masalah dunia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisik [atau kenikmatan dunia lainnya], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari, no. 6490; Muslim, no. 2963)

Dalam hadits lain disebutkan,

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim, no. 2963)

Selanjutnya, perasaan hasad itu bisa diredam dengan kita mendoakan orang lain yang kita lihat sedang mendapatkan nikmat. Karena jika mendoakannya, kita akan dapat yang semisalnya.

Dari Ummu Darda’ radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

“Doa seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang bertugas mengaminkan doanya kepada saudarany). Ketika dia berdoa kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata: Aamiin, engkau akan mendapatkan yang semisal dengannya.” (HR. Muslim, no. 2733)

Kemudian di antara kiat untuk menghilangkan hasad sebagaimana disarankan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi adalah orang yang hasad melakukan hal yang bertolak belakang dengan niatan hasadnya. Hal ini tentu saja akan menghilangkan hasad dari dirinya. Lihat Fiqh Al-Hasad, hlm. 52.

Contoh yang dimaksud Syaikh Musthafa Al-‘Adawi adalah ketika kita tidak suka pada seseorang karena ia punya barang baru, berilah hadiah kepadanya agar hasad dari diri kita hilang. Yang paling minimal yang dilakukan adalah mendoakan yang punya barang baru tersebut kebaikan dan keberkahan.(rumaysho)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus