Ini Penjelasan Pembagian Tauhid Menjadi 3
Oase.id - Tauhid adalah keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu di alam ini. Tauhid juga merupakan ilmu agama Islam yang mempelajari tentang sifat-sifat Allah.
Kata tauhid berasal dari bahasa Arab, yaitu mashdar dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang berarti 'mengesakan'.
Dalam ajaran Islam, tauhid memiliki peran penting dalam kehidupan, di antaranya menuntun dalam bertuhan,
menanamkan rasa percaya diri dan mengerti harga diri, menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik, membentuk individu menjadi jujur dan adil, memupuk ketekunan, ketabahan, dan optimisme
Ada beberapa macam tauhid dalam Islam, di antaranya: Tauhid Asma wa Sifat, Tauhid Uluhiyah, Tauhid Rububiyah
Pembagian tauhid menjadi tiga ini didasarkan pada studi mendalam terhadap Al-Qur'an dan Sunnah. Meskipun istilah ini tidak disebut secara eksplisit dalam Al-Qur'an atau Hadis, ulama merumuskannya untuk memudahkan pemahaman umat Islam terhadap tauhid. Berikut ini adalah dalil-dalilnya:
Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb (Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta).
Dalil Al-Qur'an:
"Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu."(QS. Az-Zumar: 62)
"Dan jika engkau bertanya kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Mereka pasti akan menjawab, 'Allah'."(QS. Luqman: 25)
Dalil Hadis:
Dalam banyak hadis, Rasulullah menegaskan keesaan Allah sebagai Rabb. Misalnya, dalam doa:
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami, tidak ada Tuhan selain Engkau."
Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah.
Dalil Al-Qur'an:
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia." (QS. Al-Baqarah: 163)
"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5)
Dalil Hadis:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tauhid Asma wa Sifat
Tauhid Asma wa Sifat adalah keyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang sempurna, sesuai dengan apa yang Dia tetapkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah, tanpa tahrif (menyelewengkan makna), ta'thil (menolak), takyif (membayangkan), atau tamtsil (menyamakan dengan makhluk).
Dalil Al-Qur'an:
"Hanya milik Allah Asma'ul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu."
(QS. Al-A'raf: 180)
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(QS. Asy-Syura: 11)
Dalil Hadis:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, siapa yang menghafalnya akan masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim)
Manfaat Pembagian Tauhid Menjadi Tiga
Mempermudah Pemahaman:
Pembagian ini mempermudah umat Islam memahami konsep tauhid secara terperinci dan terstruktur. Dengan cara ini, umat dapat mengenali aspek keimanan mereka kepada Allah dengan lebih baik.
Mencegah Kesyirikan:
Dengan memahami Tauhid Uluhiyah, umat dapat terhindar dari kesyirikan, seperti menyembah selain Allah. Tauhid Rububiyah menguatkan keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, sehingga tidak ada alasan untuk menyekutukan-Nya. Tauhid Asma wa Sifat memastikan umat tidak menyamakan Allah dengan makhluk.
Menumbuhkan Keimanan yang Utuh:
Tauhid yang mencakup ketiga aspek ini membentuk keyakinan yang utuh:
Allah sebagai Pencipta (Rububiyah).
Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah (Uluhiyah).
Allah dengan nama dan sifat-Nya yang sempurna (Asma wa Sifat).
Panduan dalam Ibadah dan Kehidupan:
Pemahaman terhadap Tauhid Uluhiyah, misalnya, memberikan dasar bahwa seluruh ibadah hanya ditujukan kepada Allah. Tauhid Rububiyah dan Asma wa Sifat menanamkan rasa syukur, tawakal, dan keyakinan dalam menghadapi kehidupan.
Sebagai Landasan Aqidah Islam:
Pembagian ini membantu menjelaskan dan meneguhkan fondasi aqidah yang menjadi inti dari agama Islam, sebagaimana yang diajarkan oleh para nabi dan rasul.
Dengan memahami pembagian tauhid ini, umat Islam dapat menjalani kehidupan yang lebih terarah, mendekatkan diri kepada Allah, serta menjauhi berbagai bentuk penyimpangan dalam keimanan.
Syaikh Shalih Bin Abdillah Bin Hamad Al-Ushoimi, seperti dikutip dari Shahih Fiqih Channel mengatakan bahwa pembagian tauhid ini bukanlah perkara bid'ah.
Menurutnya pembagian ni masuk dalam ranah pembagian ilmu, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, sehingga dikategorikan sebagai ibadah.
"Ini hanyalah istilah yang dibuat oleh para ulama, seperti pembagian kata dalam bahasa arab. Ada isim, fi'il dan huruf. Dan contoh lainnya. Hal tersebut hanyalah istilah dalam sebuah cabang keilmuan yang disimpulkan setelah menelaah dalil-dalil yang ada," ujar Syaikh.
Dia memaparkan bahwa berdasarkan Alquran dan sunnah, setelah ditelaah menunjukkan pembagian 3 tauhid ini. Pembagian tauhid ini sudah lama ada. Ada dalam ucapan Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busty (wafat 345 H), Ibnu Jarir Ath-Thabary (310 H), Ibnu Mandah (395 H), dan para ulama pendahulu lainnya.
"Pembagian ini bukanlah buatan orang-orang belakangan, yang hidup setelah abad ke-7 atau abad ke-10 Hijriyah," jelasnya lagi.
(ACF)