Beauchamp Menjadi Mualaf, Sebuah Perjuangan Menyibak Stigma Buruk Terhadap Islam

N Zaid - Mualaf 25/08/2023
Foto: Ist.
Foto: Ist.

Oase.id - Richard Beauchamp duduk di tempat parkir mengamati orang-orang Muslim datang dan pergi. Dia belum pernah ke masjid sebelumnya, dan merasa gugup.

Ketika dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam, dia disambut dengan hangat. Dia mengatakan bahwa dia dibesarkan sebagai seorang Baptis, namun merasa tertarik pada Islam.

“Mereka sangat baik,” kata Beauchamp, 31, dari Irving, sebuah kota di Texas Amerika Serikat. "Sangat mudah untuk kembali," kata dia.

Kunjungan ia berikutnya ke masjid adalah pada hari Jumat saat waktu salat. Beauchamp tidak tahu tata cara shalat dalam Islam, jadi dia duduk di kursi dan memperhatikan. Kebanyakan pria berada di lantai.

“Kursi itu untuk orang lanjut usia,” katanya. “Saya begitu asyik berdoa sehingga saya tidak menyadarinya.”

Beauchamp berkata bahwa ia menjadi kecewa dengan agama Kristen pada usia muda. Ia tidak mengerti bagaimana bayi bisa dilahirkan dengan dosa asal. Ia juga tidak memahami bagaimana orang Kristen bisa percaya pada satu Tuhan dan Tritunggal pada saat yang bersamaan.

Perjalanannya menuju Islam adalah perjalanan seorang diri, hal yang biasa terjadi di kalangan mualaf Amerika. Dia menemukan Islam melalui buku, sebelum bertemu dengan seorang Muslim.

Dalam waktu satu tahun setelah kunjungannya, dia yakin telah menemukan rumah spiritual. Namun menjadi seorang Muslim berarti merombak gaya hidup secara besar-besaran.

"Saya menjalani gaya hidup normal seperti orang Amerika berusia 20-an," katanya. “Saya pergi keluar, pergi ke pub, dan bergaul secara bebas dengan perempuan. Sebagai seorang Muslim, saya tidak bisa lagi menelepon seorang teman, jika dia perempuan, dan sekadar jalan-jalan. Saya pasti tidak bisa minum lagi.”

Teman-temannya merespons keputusan Beauchamp memeluk Islam justru lebih keras dibandingkan orang tuanya.

“Gaya hidup saya banyak berubah, dan itu sulit bagi mereka,” katanya. “Tetapi ketika saya membaca apa yang dikatakan oleh para penulis Muslim, hal itu membuat saya berpikir keras tentang bagaimana saya hidup.”

Ia mengatakan bahwa ia tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang pertumbuhan umat Islam, yang merupakan hambatan baginya untuk pindah agama. Cerita tentang revolusi Iran, kekerasan, dan penangkapan sandera Amerika membuatnya curiga.

“Itu adalah perjuangan untuk mengatasi prasangka yang saya miliki,” katanya. “Tetapi pergi ke masjid menghancurkan semua keyakinan negatif itu. Saya melihat orang-orang yang sangat beriman, tulus dan penuh kasih sayang.”

Pada 2001, Beauchamp mengucapkan syahadat. Ia menemukan tambatan hati seorang wanita Indonesia yang ia kenal melalui online. Ia pun kemudian terbang ke Indonesia untuk menikahi wanita yang belum pernah dikencaninya itu. Karena umat Islam tidak menyukai berkencan, dia beralih ke Internet untuk mencari pasangannya.

“Dia wanita yang baik, taat pada Islam,” katanya.

Dia berkorespondensi dengannya selama enam bulan, kemudian terbang ke Indonesia untuk menemui dia dan keluarganya. Dia berada di sana pada 11 September ketika teroris menyerang World Trade Center dan Pentagon.

“Banyak orang Amerika mendapatkan gambaran yang menyimpang tentang Islam,” katanya. “Ini menyakitkan saya karena Islam telah memberi saya rasa damai dan tujuan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.”(dallasnews)
 


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus