Komuji, Nada dan Dakwah ala Kikan eks Cokelat

Sobih AW Adnan - Lagu Religi Komunitas Anak Muda 04/12/2019
Mantan vokalis band Cokelat Kikan Namara/Rey/Oase.id
Mantan vokalis band Cokelat Kikan Namara/Rey/Oase.id

Oase.id- Musik dan syiar keagamaan dipahami sebagai sesuatu yang bisa dikompromikan. Itulah yang tengah dilakukan Kikan Namara, mantan vokalis grup band yang pernah ngehits di sepanjang tahun 2000an, Cokelat.

Musik, menurut Kikan, bisa dijadikan sebagai media saling berbagi. Baik inspirasi, juga pengetahuan. Termasuk, soal-soal keislaman.

"Inilah yang melatarbelakangi saya berkegiatan di Komuji (Komunitas Musisi Mengaji) Chapter Jakarta," kata Kikan kepada Oase.id di kawasan Ampera Raya, Jakarta, 27 November 2019.

Menurut dia, Komuji bermula dari gerakan beberapa musisi di Bandung. Mereka ingin menekankan bahwa beragama bukanlah sebuah halangan bagi seseorang yang ingin tetap berkarya. Khususnya, di bidang musik.

Para penggagas Komuji melihat, naiknya minat anak muda perkotaan terhadap wacana keagamaan merupakan fenomena menarik. Akan tetapi, di sisi lain gairah itu justru memunculkan pandangan ekslusif terhadap kegiatan bermusik.

Kikan menyebut, ada kecenderungan ketika orang sudah punya niat mendalami agama kemudian meninggalkan musik bahkan mengharamkannya. 

"Kami berpedoman, memang ada sebagian ulama yang mengharamkan musik. Akan tetapi, tidak boleh juga menutup mata bahwa ada sebagian ulama yang memperbolehkan musik, bahkan dijadikan sebagai bagian dari dakwah," kata Kikan. 

Terbuka bagi siapa saja

Kikan menyebut dua orang penting di balik pendirian Komuji. Yakni, vokalis band The Panas Dalam Alga Indria, dan musisi Bandung Yadi Fauzi.

"Teman-teman musisi lainnya, seperti Che Cupumanik, Sandy Canester, Imel Ten 2 Five, atau Kholil Efek Rumah Kaca (ERK) juga pernah terlibat di kegiatan Komuji. Sisanya, kami sangat terbantu dengan keberaddaan volunteer," jelas Kikan.

Di setiap bulannya, Komuji menggelar kajian keagamaan yang diiringi pentas musik. Komuji, menjadi pilihan titik kumpul bagi anak-anak muda di wilayah Jakarta. 

"Ke depan, kami ingin juga menggelar agenda dan program lain. Seperti teman-teman di Bandung yang sudah punya kelas bahasa, atau aneka macam kursus dan kegiatan sosial lainnya," jelas dia.

Meskipun memakai kata "musisi" sebagai akronim komunitas, namun Kikan menekankan, Komuji tidak hanya diperuntukkan bagi praktisi industri musik belaka. Komuji, diharapkan bisa menjadi tempat saling berbagi pengetahuan keislaman dengan nuansa yang menggembirakan.

"Sebenarnya, kita semua adalah musisi. Hanya bedanya, ada yang profesional ada yang tidak. Sebagai makhluk yang dinamis, semua manusia pengapresiasi musik alias musisi," kata Kikan. 


(SBH)
Posted by Sobih AW Adnan