Saad Tahaitah Memamerkan Warisan Budaya Dalam Aseer Memory di Festival Film Internasional Laut Merah
Oase.id - Sutradara Saudi Saad Tahaitah akan mempersembahkan film dokumenter pendeknya “Aseer Memory” di Festival Film Internasional Laut Merah di Jeddah, yang berlangsung hingga 14 Desember.
Dalam wawancara dengan Arab News, ia membahas eksplorasi film tersebut terhadap identitas budaya dan pentingnya melestarikan sejarah lokal melalui sudut pandang tokoh utamanya, Mohammed Al-Matali. Film berdurasi 18 menit itu mengisahkan perjalanan Al-Matali, yang mendedikasikan hidupnya untuk mengelola perpustakaan ayahnya, yang penuh dengan buku-buku dan dokumen-dokumen tua yang tak ternilai yang menjadi mata rantai penting bagi sejarah wilayah Asir di Arab Saudi.
“Saya mulai membuat film dokumenter sekitar delapan tahun lalu. Yang selalu menginspirasi saya adalah kisah tentang orang-orang dan tempat-tempat mereka; itu adalah motivasi dan inspirasi yang signifikan untuk membuat setiap film,” kata Tahaitah merenungkan perjalanan pembuatan filmnya.
Ketertarikannya pada kisah Al-Matali berasal dari “warisan besar yang dimiliki orang ini.” Sutradara tersebut yakin bahwa upaya Al-Matali akan berdampak lebih nyata pada budaya daerah tersebut di tahun-tahun mendatang, dengan menekankan bahwa "film tersebut berfungsi sebagai perpanjangan dan pelestarian upayanya selama beberapa dekade terakhir."
Terlahir dalam keluarga sarjana, Al-Matali berupaya melestarikan buku-buku tua yang berharga dan dokumen asli yang sering kali menjadi satu-satunya sumber informasi lokal tentang daerah tempat ia dibesarkan. Selain koleksinya, ia telah memotret dan membuat video petroglif prasejarah dan benteng kuno yang berdiri di daerah tersebut. Dalam proyek terbarunya, ia menemukan nama-nama jalan lokal yang terlupakan dengan harapan dapat mengembalikannya ke desa-desa setempat.
Dijadwalkan untuk diputar di antara judul-judul internasional yang berasal dari negara-negara termasuk Korea Selatan dan AS, Tahaitah berharap bahwa "Aseer Memory" akan mencerahkan para pengunjung festival internasional yang berbondong-bondong ke Jeddah tentang warisan yang kaya dari wilayah Asir.
"Penonton luar mungkin tidak menyadari luasnya budaya dan warisan yang kita miliki di negara kita, terutama mengenai subjek film, wilayah Asir. Film ini menampilkan peristiwa dan dokumen dari ratusan tahun lalu, serta cara hidup masyarakat puluhan tahun lalu. Saya bercita-cita untuk menciptakan lebih banyak karya yang berfokus pada aspek ini karena film dokumenter adalah soft power untuk menyampaikan apa yang kita inginkan,” kata Tahaitah.
“Mendokumentasikan budaya dan kehidupan manusia akan menciptakan kenangan abadi bagi kawasan ini, membuat film menjadi abadi,” imbuhnya.(arabsaudi)
(ACF)